Rabu, 20 April 2016

Keang Ethnic Festival 2015




Para penari sedang semangat meliukkan badannya mengikut irama musik khas Dayak yang dimainkan dengan semangat. Gerakan badan para penari tersebut kadang cepat kadang lambat. Saya dan teman-teman dari Adaro Fotografer yang baru datang langsung terpaku diam menyaksikannya. Sementara di dalam Lewu Hante beberapa tangan-tangan terampil sedang berkarya membuat kerajinan khas Dayak Ma’anyan. Lewu Hante adalah sebutan untuk Rumah Besar atau rumah komunal. Adalah keluarga Soeta'ono yang sekarang menjaga dan mewarisi Lewu Hante ini. Soeta'ono adalah pimpinan kelompok Dayak Ma’anyan yang berdiam di Telang Siong, Kec. Paju Epat, Kab. Barito Timur, Kalimantan Tengah.


Acara di panggung masih berlangsung namun kami harus segera mencari lokasi mendirikan tenda untuk menginap malam ini. Sebenarnya pihak tuan rumah menawarkan untuk menginap saja di Lewu Hante namun kami punya pertimbangan lain. Jika menginap di Lewu Hante yang menjadi salah satu tempat kegiatan maka kami bisa menjadi tontonan nantinya. Akhirnya diputuskan mendirikan tenda dekat pendopo di belakang Lewu Hante yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari area pekuburan Dayak dan kuburan Soeta'ono yang diiistimewakan oleh masyarakat sekitarnya. Kedatangan kami ke Telang Siong ini adalah untuk berburu foto pada kegiatan Keang Ethnic Festival yang pertama kali diadakan. Menurut Firdaus, sang ketua Panitia, Keang Ethnic Festival ini adalah jawaban dari kegelisahan mereka terhadap potensi daerah yang nyaris tak tersentuh. Keang sendiri artinya adalah kulit kayu. Dahulu pakaian khas Dayak Ma’anyan di Telang Siong ini terbuat dari bahan kulit kayu. Sehingga Keang dimaknai sebagai budaya yang merupakan pakaian manusia. Sementara Telang Siong sendiri adalah nama sub etnik Dayak Ma’anyan yang mencapai masa kebesaran pada saat dipimpin oleh Soetaono pada awal abad ke-20 lalu. Jika disatukan keseluruhanan makna tersebut, maka Keang Ethnic Festival di Lewu Hante, Telang Siong ini adalah momen untuk membangkitkan batang tarandam sub etnik Dayak Ma’anyan yang telah lama sunyi.
Agak disayangkan kami datang pada hari kedua, 1 November 2015 dimana yang tersisa adalah kegiatan ethnic fashion show, parade band bernuansa etnik, membuat kerajinan khas Dayak dan ditutup oleh lomba menangkap babi.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nothing is Impossible if You and Me Became Us

Babak perdelapan final Liga Champion 2016-2017 antara Paris Saint Germain vs Barcelona, pada pertandingan pertama dimana PSG jadi tuan ru...