Para penari
sedang semangat meliukkan badannya mengikut irama musik khas Dayak yang
dimainkan dengan semangat. Gerakan badan para penari tersebut kadang
cepat kadang lambat. Saya dan teman-teman dari Adaro Fotografer yang baru
datang langsung terpaku diam menyaksikannya. Sementara di dalam Lewu Hante beberapa tangan-tangan
terampil sedang berkarya membuat kerajinan khas Dayak Ma’anyan. Lewu Hante adalah
sebutan untuk Rumah Besar atau rumah komunal. Adalah keluarga Soeta'ono yang
sekarang menjaga dan mewarisi Lewu Hante ini.
Soeta'ono adalah pimpinan kelompok Dayak Ma’anyan
yang berdiam di Telang Siong, Kec. Paju Epat, Kab. Barito Timur, Kalimantan
Tengah.
Acara di
panggung masih berlangsung namun kami harus segera mencari lokasi mendirikan
tenda untuk menginap malam ini. Sebenarnya pihak tuan rumah menawarkan untuk
menginap saja di Lewu Hante namun
kami punya pertimbangan lain. Jika menginap di Lewu Hante yang menjadi salah satu tempat kegiatan maka kami bisa
menjadi tontonan nantinya. Akhirnya diputuskan mendirikan tenda dekat pendopo
di belakang Lewu Hante yang hanya
berjarak beberapa puluh meter dari area pekuburan Dayak dan kuburan Soeta'ono
yang diiistimewakan oleh masyarakat sekitarnya. Kedatangan kami ke Telang Siong
ini adalah untuk berburu foto pada kegiatan Keang
Ethnic Festival yang pertama kali diadakan. Menurut Firdaus, sang ketua
Panitia, Keang Ethnic Festival ini
adalah jawaban dari kegelisahan mereka terhadap potensi daerah yang nyaris tak
tersentuh. Keang sendiri artinya
adalah kulit kayu. Dahulu pakaian khas Dayak Ma’anyan di Telang Siong ini terbuat dari bahan kulit kayu. Sehingga
Keang dimaknai sebagai budaya yang
merupakan pakaian manusia. Sementara Telang Siong sendiri adalah nama sub etnik
Dayak Ma’anyan yang mencapai masa kebesaran pada saat dipimpin oleh Soetaono
pada awal abad ke-20 lalu. Jika disatukan keseluruhanan makna tersebut, maka
Keang Ethnic Festival di Lewu Hante, Telang Siong ini adalah momen untuk
membangkitkan batang tarandam sub etnik Dayak Ma’anyan yang telah lama sunyi.
Agak disayangkan
kami datang pada hari kedua, 1 November 2015 dimana yang tersisa adalah kegiatan ethnic fashion
show, parade band bernuansa etnik, membuat kerajinan khas Dayak dan ditutup
oleh lomba menangkap babi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar