sebuah tulisan dari Dadang Lesmana, Petualang ACI 2010
Kalau ada sekelompok orang yang terdiri dari anak-anak muda gokil, jail, gratil, aneh, sok imut, urakan, tapi juga plus pinter, kreatif, berwawasan dan selalu berpikir positif, itu pastilah Petualang ACI. 66 orang petualang yang lahir dari sebuah hajatan besar detikcom, Aku Cinta Indonesia.
Komunitasnya sih biasa-biasa aja, maksudnya ngga ada anak pejabat tingginya gitu loh. Tapi justru eksis karena berasal dari segala kalangan dan dari seluruh penjuru tanah air. Petualang ACI menjadi begitu bhineka dengan segala kekhasan serta keberagaman cara berpikir dan bertingkah laku. Namun perbedaan yang ada tidaklah menjadi persoalan bagi mereka. “berbeda bukan berarti tak sama” kata mereka. “ibarat pelangi, warna berbeda justru saling melengkapi, memiliki peran yang sama”.
Keberagaman yang rupa-rupa memang. Sebut saja misalnya Petualang ACI yang dewasa (Agus), yang masih anak-anak (Juput), yang setengah dewasa (Endro), yang setengah anak-anak (Zulvi), yang gimbal (Bhaga), yang pasangannya (Kawanda), yang orang ketiga (Akbar), yang liar (Yudi), yang cunihin (Ewink), yang gila naek gunung (Dede), yang gila gadget (Gilang), yang gila iPad (Heri), yang gila futsal (Ipul), yang gila beneran (Daenk), yang disorientasi (Egir), yang korban (Darto), yang gigih (Gesang), yang gaya tapi banyak disensor (Prama), yang pengamen (Achin), yang pelukis jalanan (Dadang), yang penyair (Harley), yang saudagar (Amad), yang polos (Ayos), yang lebih bernyali (Endi), yang diem-diem tomboy juga (Mahe), yang OKB (Better), yang berbobot (Wahid), yang seniman campur sari (Simbah), yang sok alim (Hadi), yang ngaku-ngaku dayak (Nico Borneo), yang korban bencana (Nico Wijaya), yang pegawai negri (Tata), yang indescribable (Prabu), yangfreelance (Calvin), yang kelamaan di aceh (Citra), yang pengen punya agen travel (Topik), yang wartawan tapi gak pernah jalan-jalan (Amir), yang sok seleb (Yuga), yang rajin belajar (Masnur). eh, ada lho Petualang ACI yang udah ikut pemilu enam kali, namanya Mbak Tuti.
Petualang ACI yang cewek juga manis-manis, lucu-lucu, apalagi kalo gelap. Mereka juga ngga kalah beragam, mulai dari yang lagi hamil (Rini), yang lagi puber (Terryna), yang lagi banyak duit (Ucy), yang lagi galau (Ida), yang maskulin (Titis), yang sok imut (Utine), yang pendiem (Sendi), yang -ngerasa- mirip Nadine (Tuteh), yang beruntung (Hanin), yang kurang beruntung (Halida), yang aneh (Nurul), yang jarang muncul (Deewardani), yang gak pernah muncul (Anti), yang rajin menabung (Aci), yang pelupa (Riri), yang TKW (Susan), yang oriental (Diana), yang pengen banget ke jakarta (Jeine), yang ndeso (Alya), yang penulis (Rinda), yang penulis juga (Nonadita), yang anak pesantren (Putri), yang sok eropa timur (Inka), yang suka mandi hujan (Atre), yang mau jadi agen wisata (Bella), yang pengen jadi guru (Desi).
Hmm.. memang beragam ternyata. Tapi bukan berarti ngga kompak, malah mereka kompak banget. Satu dateng semua dateng, satu jalan-jalan semua jalan-jalan, satu makan semua makan, satu pulang semua pulang. Sportif pula. Kalo ditanya, ‘ini coklat siapa..?’ langsung pada ngaku. Kekompakan itu mereka tunjukkan dengan selalu melakukan segala sesuatu bersama-sama. Bagi mereka, mengangkat meja berempat akan terasa lebih ringan daripada mengangkat filing-cabinet sendirian.
Banyak cara bagi mereka untuk terus membina kekompakan. Ada yang dengan membentuk boyband gaya new-kids-on-the-block (Bhaga, Yudi, Ewink, Dede, Endi, Dadang), yang setelah beberapa kali latihan vokal ternyata lebih mirip dengan Masnait Group. Ada pula yang dengan membentuk kelompok belajar online (Egir, Gilang, Amad, Daenk, Zulvi, Mahe, Mbak Tuti, Titis, Hanin, Atre, Tuteh). Nama mereka selalu meramaikan thread-thread di milis ACI dengan pembahasan-pembahasan yang tak pernah final. Bahkan dengan campur tangan Dosen terbang dari Gorontalo sekalipun.
Kelompok lain melakukan kegiatan mulia menolong sesama di daerah bencana (Bhaga, Kawanda, Ucy, Diana, Riri), yang menganggap bahwa kegiatan mereka juga merupakan salah satu bentuk menjaga kekompakan. *yang ini gue gak berani pelesetin, kemanusiaan cuy..*
Beberapa yang lain secara perorangan juga turut andil dalam mempererat persaudaraan. Seperti contohnya Prama yang dengan gayanya secara rutin mengumpulkan temen-temen hanya untuk menceritakan kisahnya di perjalanan. Bahkan sampai ada beberapa Petualang ACI yang hafal betul cerita itu karena telah mendengarnya berulang kali. Lain lagi dengan Harley, yang dengan puisi-puisinya mampu menggugah rasa cinta seseorang.. eh, maksudnya rasa cinta terhadap Indonesia.
Perjalanan Petualang Aku Cinta Indonesia ke tempat-tempat tujuan wisata memang sudah berlalu. Namun kisah-kisah, catatan-catatan dan ingatan-ingatan tentang perjalanan itu masih melekat dan terus menjadi bahan perbincangan setiap kali Petualang ACI berkumpul. Tak akan cukup sepuluh buku tebal untuk menampung cerita mereka. Seakan tak pernah puas, Petualang ACI selalu menyempatkan datang ke suatu tempat untuk kumpul, berbagi cerita, makan, minum, ngomongin orang, mengatur rencana trip selanjutnya, dan pulang..
Memang, sejak awal belum pernah semua Petualang ACI berkumpul secara lengkap. Karena hampir dapat dipastikan, petualang asal Jayapura (untuk tidak menyebut Daenk :p) tidak akan sanggup hadir. Kecuali jika acara kumpul-kumpul itu diadakan di Jayapura. Itupun hampir dapat dipastikan cuma dia yang hadir. Berbeda dengan Agus yang walaupun tinggal di Gorontalo, tapi memiliki daya jelajah yang tinggi. Maklum, meskipun dia seorang dosen, cita-cita sebenarnya adalah menjadi pramugari. Bahkan dia lebih hafal seluk-beluk FX ketimbang anak-anak Jakarta.
Walau sulit, keinginan berkumpul kembali secara lengkap adalah obsesi Petualang ACI. Sehingga bisa bertemu dan mengenal lebih dekat satu sama lainnya, serta tidak ada lagi terdengar kata-kata, “yang pake kaos merah itu siapa sih?” atau “ooo.. ini toh yang namanya (sebutlah) mawar..” atau “yang namanya si A yang mana?” atau bahkan “lu partner gue ya waktu itu?”. Sangat disayangkan bukan?
Menyebut nama-nama Petualang ACI tentu saja tak lepas dari kesuksesan sebuah tim; Indri, Iie, Suhaeng, Ninuk, Ajeng, Izar, dkk. *maaf buat yang ngga kesebut, bukan ngga cinta, tapi ngga kesebut.. :)* yang dengan kerja kerasnya, telah membentuk 66 orang berperilaku menyimpang menjadi lebih menyimpang. Maksudnya, menjadi lebih berkembang, tidak hanya sekedar hobby travelling tetapi juga mampu mengoptimalkan segala aspek dari sebuah perjalanan. Salut deh buat tim detik..! □
-dadang-
tetap sunda, tetap tersenyum, tetap berbuat baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar