Kamis, 04 Agustus 2011

Tragedi dan Dilema Dalam Fotografi

Sore itu KRL Pakuan jurusan Bogor harusnya berangkat dari Stasiun Juanda pada pukul 14.28 WIB namun entah kenapa Kereta datang terlambat. Baru pada pukul 14.55 kereta berangkat meninggalkan stasiun Juanda dengan membawa ratusan penumpang. Dengan kecepatan yang sedang, KRL Pakuan melintasi stasiun demi stasiun. Tiba-tiba di pintu lintasan Kereta Api di kawasan Kalibata terdengar suara keras dan Kereta terhentak cukup keras. Bayangan gerbong depan akan mental ke arah belakang memnbuat para penumpang berhamburan ke arah belakang.


Kereta tetap berjalan dengan kecepatan yang semakin lambat. Saat kereta berhenti, terhampar pemandangan mengerikan. Sebuah metromini terhimpit dibawah mulut kereta. Kondisi metromini tersebut sangat menyedihkan. Tidak tampak lagi bahwa benda itu tadinya adalah sebuah  metromini yang biasanya dengan gagah perkasa menyusuri jalan-jalan di Jakarta. Dari dalam (bangkai) metromini tersebut tampak beberapa orang korban sedang meregang nyawa.

Pada saat itu, saya yang berada di dalam KRL Psayaan tersebut terjebak dalam konflik bathin. Di hadapkan pada beberapa pilihan, apakah segera keluar dari kereta dan menolong korban, atau segera mengambil kamera dan mendokumentasikan kejadian tersebut. Saat itu saya teringat pada Eddi Adams, seorang fotografer yang mengabadikan kejadian perang Vietnam dan Kevin Carter dengan foto-foto Bencana kelaparan di Ethopia. Foto Eddi Adams tentang Perang Vietnam telah mendorong masyarakat Amerika untuk mendesak Pemerintahnya agar segera menghentikan perang Vietnam. Dan Foto Kevin Carter yang menggambarkan seorang anak Ethopia yang kurus kering dengan perut buncit sedang berjongkok seakan menunggu kematian menghampiri ditunggui seekor burung bangkai, telah membuka mata dunia bagaimana dahsyatnya bencana kelaparan di Negara tersebut.

Foto bencana Kelaparan di Ethopia karya Kevin Carter
Foto Eddie Adams ini mendorong berakhirnya perang di Vietnam

Dalam beberapa detik akhirnya saya putuskan untuk segera mengambil kamera dan mendokumentasikan kejadian tersebut. Dengan memotret tersebut saya akan bisa mengabarkan, menginformasikan kepada orang lain bagaimana tragisnya sebuah tragedi. Sambil terus memotret, dalam hati saya berharap, semoga foto-foto ini nantinya akan berguna bagi manusia lainnya dan mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu mempunyai misteri atas kehidupan umat manusia. Tapi saya tidak berani berharap bisa seperti Eddie Adams yang berhasil mengubah dunia[1].



Korban meninggal dievakuasi oleh masyarakat setempat

Beberapa detik menjelang kematian datang menghampiri sang korban


Setelah memotret beberapa puluh frame, saya berdiri diantara kerumunan orang-orang yang sedang mengevakuasi korban. Samar-samar saya dengar bahwa ternyata Metromini naas itu menerobas pintu lintasan Kereta yang sudah tertutup karena ingin mengejar setoran. Sambil berjalan menjauh, dalam hati saya hanya bisa berkata, “Tuhan, kapan Kau akhiri kisah tragis ini ?”.


[1] Setelah memotret seorang anak kelaparan dengan latar belakang seekor burung pemakan bangkai di belakangnya pada saat bencana kelaparan di Ethopia, Kevin Carter akhirnya bunuh diri karena mengalami depresi karena perasaan bersalah yang mendalam, kenapa dia tidak menolong anak tersebut tapi malah memotretnya. Foto tersebut juga berhasil menggugah kepedulian umat manusia bagaimana dahsyatnya bencana kelaparan di Ethopia tersebut. Beberapa tahun kemudian setelah kematian Eddie Adams, diketahui bahwa anak tersebut ternyata masih hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nothing is Impossible if You and Me Became Us

Babak perdelapan final Liga Champion 2016-2017 antara Paris Saint Germain vs Barcelona, pada pertandingan pertama dimana PSG jadi tuan ru...