Danau ditengah-tengah pulau Satonda ini berair asin karena ada jalur air dibawah yang berhubungan langsung dengan laut (Photo by Yudi) |
"Jangan lupa make a wish di Satonda, have fun" ujar Riyanni Djangkaru melalui akun twitternya, @r_djangkaru, kepada saya ketika saya berkunjung ke Satonda 6 Oktober 2010.
Pulau Satonda terletak di sebelah utara Pulau Sumbawa, termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Dompu. Setelah perjalanan panjang melalui kaki Gunung Tambora, sekitar lima jam dari Lakey Hu'u, kami sampai di Desa Nangamiro, Dusun dan Labuan Beranti Kecamatan Pekat. Desa tersebut merupakan tempat untuk menyebrang ke Pulau Satonda. Perjalanan dengan perahu milik penduduk setempat mengambil waktu sekitar 20 menit. Dermaga pantai sederhana di pulau tak berpenghuni ini menyapa kami. Hanya ada pos polisi air yang sudah tak terawat dan paruga, bale-bale, untuk pengunjung istirahat sejenak.
P. Satonda |
Di Pulau Satonda, terdapat Danau air asin dengan nama serupa. Kawah, yang kini menjadi danau, diduga merupakan akibat dari letusan gunung 10.000 tahun silam. Airnya yang asin merupakan akibat dari tsunami letusan Gunung Tambora 1815. Hanya ada satu jenis ikan yang hidup di danau itu. Pemilik kapal yang kami sewa mengatakan dulu pernah ada tiga ekor lumba-lumba, tapi tidak tahu kemana perginya mereka kini. Beliau juga mengatakan bahwa terdapat rongga yang mehubungkan danau dengan laut. Sehingga jika air laut pasang, air danau ikut pasang. Untuk mencapai Danau Satonda dari dermaga, pengunjung cukup berjalan mengikuti tapak batu selama sekitar sepuluh menit.
Yang paling menarik dari danau ini adalah pohon yang terdapat di tepinya. Pohon berbuah batu. Pohon kalibuda, si pohon harapan. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana tradisi menggantung batu di pohon tepian danau bermula. Kini, batu-batu harapan bergelayutan di pohon itu. Tak hanya batu, banyak juga karang, botol kaca, bahkan sendal yang tergantung di pohon Kalibuda. Sungguh keindahan yang unik. Konon jika harapan yang digantung bersama batu telah tercapai, sang empunya harapan harus kembali untuk melepas batu harapan yang dulu ia gantung.
Dermaga P. Satonda |
Saya pun membisikan keinginan saya untuk mengelilingi Indonesia. Bukan hanya berkunjung dan mengagumi keindahan serta ragam budayanya, tetapi juga mendatangkan manfaat bagi tempat yang saya kunjungi kelak. Bersama batu harapan lainnya, saya titipkan mimpi saya di tepi Danau Satonda. Berharap suatu saat akan kembali karena saya telah memili keberanian untuk mewujudkan mimpi saya. (HRA)
*tulisan ini merupakan hasil perjalanan program Aku Cinta Indonesia DetikCom
*ditulis oleh partner perjalanan saya, Hanindita
Indahnya.
BalasHapusRugi memang kalo kita nggak keliling negeri sendiri... hehe. Keren!
Yeaahh satonda! Belom sempat kemari, kemarin cuman diceritain sama penduduk Moyo, ternayata emang bagus ya!
BalasHapustuhan telah menganugrahkan sesuatu buat kita dan the next generation...
BalasHapusuntuk kita jaga dan kelola sebaik mungkin untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan manusia (kita) selanjutnya tanpa mengorbankan dan merugikan yang lainnya (alam) demi kepentingan beberapa kepala (kita)...
radja tanpa harta...