#Baduy #KearifanLokal #BulanAdat #Kepercayaan
#SundaWiwitan #Kawalu #Seba
*disarikan dari twitter @kudaliarr pada Januari 2013*
Kenapa orang Baduy memilih hidup sederhana di tengah pegunungan
Kendeng? Bahkan sampai detik ini. Urang Baduy hidup di hulu sungai Ciujung karena dititipkan
amanah untuk menjaga alam sana. Dan mereka sangat teguh memegang amanah
tersebut. "Kami dapat
amanah untuk menjaga alam ini. Dan amanah ini harus kami jalankan, bagaimana
pun kondisinya" sehingga orang Baduy hidup sangat alami. Ada banyak
pantangan yang berlaku di Baduy Dalam dan sedikit longgar di Baduy luar. Pada intinya smua pantangan tersebut untuk
menjaga.
Pantangan-pantangan tersebut pada dasarnya untuk
menjaga alam, dinamika sosial, harmonisasi alam-manusia-sang pencipta. Ada
hutan larangan dan banyaknya pantangan yang berlaku di Baduy Tangtu (Dalam) adalah kearifan lokal mereka untuk
menjaga alam. Di Baduy Dalam dilarang mandi pake sabun, keramas pake
shampoo. "Teu meunang we. Ulah
ditanya kunaon na" jawaban mereka biasanya. Padahal alasan
mereka sederhana. "Kalo di sini
sungai dah kotor, gimana yang di bawah/kota?" Urang Baduy rela hidup sederhana demi yang di kota.
Ada jg hutan larangan di Baduy yang sangat dijaga oleh mereka. Tidak bisa sembarangan orang
masuk ke hutan tersebut. Pelanggar kena hukum adat. Andai tidak ada
mitos hutan larangan oleh orang Baduy, niscaya hutan-hutan di hulu sungai Ciujung sudah lama rusak. Filosofi masyarakat Baduy : "Pendek
tidak boleh disambung, Panjang tidak boleh dipotong" - hidup apa
adanya dari alam. Alam adalah amanah yang harus dijaga. Jadi jangan dianggap orang Baduy terbelakang apalagi – maaf - primitf karena
justru mereka hidup begitu demi kelestarian alam untuk anak cucu kita nanti
Ada suatu kejadian sktr taun 2002. Saya ke Cibeo
sebulan setelah kejadian. Seorang mahasiswa IKIP Bdg mati tenggelam. Malam sebelum kejadian
para mahasiswa tersebut sudah diberi tau pantangan-pantangan yang berlaku
di Baduy Dalam. Salah satunya adalah jangan mandi di
suatu area sungai. Lokasi yang dilarang tersebut airnya memang bersih bening
dan agak dalam. Sang mahasiswa gak percaya pantangan tersebut. Dia mau coba. Esok paginya dengan
beberapa teman dia pergi mandi ke lokasi yang dilarang tersebut. Lalu mereka mandi-mandi di sana. Hingga
suatu saat.... ......
Saat tengah asik berenang, satu orang nyebur dan gak
muncul-muncul lagi. Teman-temannya panik lalu lari ke Kampung. Jaro + penduduk Cibeo Baduy segera coba menolongnya.Jaro menyelam dan menemukan sang korban dengan kondisi kepala ke
bawah kaki ke atas dan terjepit di batu. Di-evakuasi dan dibawa pulang. Sang
korban dibawa balik ke Bandung dengan ambulance dari Ciboleger. Selesai begitu
saja? Tidak.
Ternyata efeknya bagi orang Baduy sangat banyak. Mereka harus adakan ritual bersih kampung. Biayanya
bisa sampai 5 juta pada tahun 2002. Bagi mereka jumlah begitu udah gede. Baduy
"Kalo gak
boleh ya gak boleh. Jangan ditanya kenapa gak boleh. Karena karuhun dan alam
sudah tentukan", kata ayah Karmain tentang peristiwa tersebut.
Bahasa ilmiah mereka dengan ilmiah ala sekolah emang
beda. Sehingga kita ga boleh maksa/skeptis. Kita harus hargai dan selami
maknanya.Orang Baduy jarang menegur secara langsung terhadap pelanggar
pantangan. Tapi suatu hal biasanya kan terjadi. Tahun 1997 pertama kali saya injak bumi
Kanekes. Nginap di Gajeboh dan Cibeo. Barang bergeletakan di luar rumah tapi tidak
ada secuil pun yang ilang.Baduy
Tahun 2002 saya 2x ke Baduy. Salah satunya bawa rombongan murid SMA dalam rangka Studi Etnowisata. Kondisnya juga sama, tidak ada satu
pun yang hilang barang. Pada Januari 2013 Sebulan ini saya 2x ke Baduy. Sama. Tidak ada satupun yang hilang. Kasus lain pun tidak ada. Saya coba menanyakan tentang hukuman untuk pencuri ke beberapa
orang Baduy, jawabannya mereka semua sama, "tidak ada hukum tentang kasus pencurian karena
tidak ada pencuri. Jika pun ada kasus, pasti orang luar pelakunya". Sempat terlintas dipikiran saya, apakah orang Baduy ini dulunya adalah pasukan khusus yang ditugaskan untuk
jaga pegunungan kendeng
Februari 2013 mungkin sudah mulai Kawalu di Baduy. selama 3 bulan Kawalu tidak boleh ada yang masuk ke wilayah Baduy. selama Kawalu orang Baduy tidak banyak lakukan aktifitas. mungkin seperti
Nyepi di Hindu Bali. Selesai Kawalu akan ada Seren Taun (Syukuran panen) di Baduy tapi tidak kolosal seperti di Ciptagelar dan tidak
boleh didokumentasikan kata Panggiwa-nya (wakil jaro).
Setelah selesai Seren
Taun, masyarakat Baduy mengadakan Seba. Sebanyak ratusan orang Baduy beramai-ramai ke Bupati Rangkas dan Gub Banten sambil bawa hasil bumi
mereka.
Baduy Dan KTP, Ketika Identitas Kewarganegaraan Menjadi Pelik
Akhir Desember 2012 saya ke Baduy ketika kebetulan sedang ada pengambilan data untuk e-KTP. Namun e-KTP mereka dipending
karena permasalahan pada isian di kolom Agama. Pada e-KTP di kolom agama hanya ada 5 pilihan agama yang diakui
pemerintah, yaitu : Islam, Katolik, Kristen Protestan,Budha dan
Hindu. Sedangkan orang Baduy menganut kepercayaan Sunda Wiwitan
Terdapat sekitar 3700 orang yang sudah diambil datanya untuk
pembuatan e-KTP dari seharusnya sktr 6000-an orang. Dari Baduy dalam hanya 52 orang. Update terakhir
dari Carik untuk Kolom agama di e-KTP akan dikosongkan saja karena orang Baduy tidak mau diisi "dan lain2" atau
"Kepercayaan" saja. Mereka inginnya diisi "Sunda Wiwitan". Memang seharusnya begitu. Sejak dulu orang Baduy sudah menganut kepercayaan tersebut. Tentang
kepercayaan orang Baduy, yaitu Sunda Wiwitan, saya sebenarnya belum tau secara
mendalam karena belum melakukan riset khusus tentang itu. Beberapa penelitian tentang Baduy secara mendalam pernah dilakukan oleh dosen saya dari
Antropologi Unpad, yaitu Prof. Yudistira Garna, Dr. Djuariah M. Utja dan Dr. Ade Makmur.
Senior saya, mbak @tiwipurwitasari (almarhum)
pernah melakukan penelitian untuk
Skripsi S1-nya di Baduy. Salah satunya tentang Sasaka domas.
SasakaDomas adalah salah satu simpul untuk mengurai tentang
kepercayaan orang Baduy, Sunda wiwitan. Hanya saja untuk masuk ke #SasakaDomas tidak boleh sembarangan orang. Orang Baduy luar pun jika ingin ke sana harus di-screening dulu oleh Puun.
Masih banyak misteri yang perlu diungkap dari kehidupan
masayaarakat Baduy. Baik yang tersurat maupun yang tersirat.
PEMBAGIAN BULAN MENURUT ADAT BADUY
- Bulan ke-1 adalah SAPAR. Pada bulan sapar lah biasanya dilakukan seba Baduy.
- Bulan ke-2 disebut KALIMA. Biasanya pada bulan ini mereka menyelenggarakan hajatan nikah, sunatan dan lainnya.
- Bulan ke-3 disebut KANEM. Pada bulan inilah warga Baduy mulai menebang pohon untuk persiapan menanam padi tanah hujan. Yang memimpin untuk menebang pohon adalah abi serang. Tentang abi serang sendiri saya belum menggali lebih dalam.
- Bulan ke-4 disebut KAPITU. Setelah lahan disiapkan, maka saat kapitu warga Baduy ngaseuk huma serang. NGASEUK adalah istilah pada masyarakat Baduy untuk kegiatan menanam padi. HUMA SERANG adalah ladang komunal milik adat. Ngaseuk huma serang dilakukan secara liliuran (dalam bahasa Baduy) yaitu secara gotong royong bergantian. Hasil panen dari huma serang lah yang akan dipergunakan untuk keperluan acara adat (kawalu, seba dll)
- Bulan ke-5 disebut KADALAPAN. Warga Baduy mulai ngaseuk untuk pribadi/kluarga di ladang milik masing-masing.
- Bulan ke-6,7, 8 disebut KASALAPAN, KASAPULUH, HAPIT LEMAH. Selama tiga bulan ini warga Baduy merawat ladang komunal maupun ladang pribadi.
- Bulan ke-9 disebut HAPIT KAYU. Pada bulan ini banyak dilakukan lamar melamar dan juga pertunangan (untuk menikah). Pada bulan inilah musim kawin di Baduy.
- Bulan ke-10,11,12 disebut KASA, KARO, KATIGA. Selama 3 bulan inilah Kawalu dilakukan.
KEMATIAN DI BADUY
Kematian adalah akhir dari siklus kehidupan manusia. Pada
setiap masyarakat ada proses tertentu yang dilakukan dalam menyikapi peristiwa
kematian. Baik secara individu, keluarga terdekat maupun secara umum. Proses-prosesi
tersebut umumnya dipengaruhi oleh sistem kepercayaan yang dianut. Pada masyarakat
Baduy, prosesi kematian dilakukan dengan cara mayat dimandikan oleh keluarga dan atau berkelamin sama. Laki oleh laki. Wanita oleh wanita. Setelah dimandikan,
dikafani. lalu dibacakan doa oleh
penghulu. Setelah didoakan mayat dibawa ke kuburan yang posisinya sebelah barat
kampung. Dalam kubur posisi mayat menghadap ke kidul. Di Baduy tidak ada komplek
makam. Makam bersebaran di sebelah barat kampung. Makam juga tidak dipasangkan nisan permanen. Setelah hari ke 7 makam susah dikenali lagi karena tidak
ada diberi tanda.
Orang Baduy tidak mengenal tradisi
ziarah. Hubungan dengan yang mati dilanjutkan secara bathin dan
tidak harus ke makam. Jadi tidak ada yang namanya makam keramat di Baduy. Kalo
mau berdoa untuk yang meninggal cukup doakan saja tanpa terbatas ruang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar