Jumat, 18 Mei 2012

Husin Abdullah, si Bule "Gila" Pecinta Alam Lombok


*tulisan oleh Hanindita - @sihanin
*foto oleh Yudi F dan Dokumentasi Keluarga
*dari perjalanan ACI Detikcom 2010

Husin Abdullah bersama istrinya yg asli Lombok dan 2 anaknya

Kalau kita menyebut nama Gavin Edward Birch mungkin tidak ada yang tahu siapa beliau, tetapi kalau kita menyebut Pak Husin, atau si Bule Gila orang akan langsung tahu. Berangkat dari kecintaannya pada alam dan tekadnya untuk membersihkan Senggigi, beliau rela dijuluki Bule Gila.

Husin Abdullah adalah seorang Warga Negara Selandia Baru. Beliau pertama kali datang ke Lombok pada tahun 1984 dan prihatin melihat keindahan Lombok tertutup sampah. Dua puluh lima tahun silam beliau kembali ke Lombok, menikah dengan Ibu Siti Hawa dan memulai usahanya dalam membersihkan Pantai Senggigi. Beliau pula yang pertama membangun toilet bagi warga yang kala itu belum memiliki toilet. Dua bulan yang lalu Pak Husin wafat karena malaria, kini usaha membersihkan pantai tengah dibenahi dan dilanjutkan oleh putra pertamanya Abdul Aziz Husin. Kami menemui Aziz dan Ibu Siti Hawa ketika berkunjung ke Pondok Siti Hawa pada 12 Oktober 2010 silam.


Semasa hidupnya Pak Husin mengumpulkan sampah yang ditemuinya sepanjang Batu Layar hingga Senggigi. Sampah plastik ia buang ke TPS, sampah organik beliau olah menjadi pupuk. Rutinitas beliau dimulai sebelum matahari terbit. Setiap pagi beliau bangun pukul lima pagi, lalu akan menenangkan diri di Brugag (berego) belakang rumahnya yang menghadap pantai hingga matahari terbit. "Beliau tidak bisa hidup tanpa pantai." Ujar Aziz. Rutinitas beliau dilanjutkan dengan memungut sampah plastik yang ditemui sepanjang pantai untuk dibuang ke TPS. Pada siang hari beliau melanjutkan pekerjaan, entah ke Mataram untuk ke kantor pemerintahan, belanja kebutuhan sehari-hari atau mengolah pupuk.

"Pupuknya sekarang masih saya kerjakan, pelan-pelan. Untuk pembersihan pantai mungkin ditunda sampai tahun depan." Ujar Aziz. Pupuk hasil olahan sampah ini digunakan sendiri dan sebagian dijual kepada toko bunga. Tetapi jangan bayangkan Pak Husin meraup untung, uang hasil dari penjualan hanya menutup biaya produksi dan untuk membayar pekerjanya. Untuk menjalankan programnya tak Jarang Pak Husin menggunakan uangnya sendiri. Setelah program berjalan barulah jika mendapat dana dari pemda sebagian uang beliau akan diganti. 

Abdul Aziz Husin, putra pertama Husin Abdullah yg melanjutkan perjuangan ayahnya

Kami kemudian berjalan ke pantai yang berada tepat dibelakang Pondok Siti Hawa. Aziz mengakatakan, setiap tahun ketika musim penghujan tiba, semua sampah dari sungai akan meuju ke laut, lalu terbawa angin dan terdampar di pantai. Pak Husin prihatin dengan pemerintah yang tidak melakukan preventif agar sampah tak sampai ke pantai. "Aku pernah surfing di Kuta, waktu itu surfingnya sama sampah, mandi di pantai juga sama sampah." Ujarnya prihatin.

Untuk meneruskan usaha sang ayah, Aziz bercita-cita untuk membuat suatu organisasi agar kegiatan dapat berjalan dengan lebih teratur. Pembersihan pantai, edukasi tentang kebersihan kepada anak usia sekolah dasar, pembangunan TPS, menyediakan program untuk sukarelawan, adalah beberapa dari program yang ia rencanakan. Ia juga ingin memiliki area percontohan yang mengutamakan kebersihan untuk membuka mata masyarakat tentang dampak langsung kebersihan terhadap lingkungan. 

"Papaku menerapkan prinsip untuk langsung terjun ke lapangan. Tak perlu banyak bicara." Kenang Aziz tentang sang ayah. "Mengikuti apa yang dia lakukan memang susah, aku tidak bisa mengatur waktuku, mungkin nanti setelah beberapa tahun aku baru bisa seperti Papa." Cemoohan tak jarang dilontarkan pada beliau, hampir setiap hari beliau mendapat hinaan. Bahkan label "Bule Gila" diberikan untuk beliau. Tapi Pak Husin tidak menghiraukannya. Aziz ingat bagaimana ayahnya mengajarkan pada Aziz untuk menanggapi ejekan masyarakat "malah dia yang gila, buang sampah sembarangan. Kalau lingkungan bersih kan enak." 

Meneladani cinta alam dan kebersihan dari Pak Husin, dari si Bule Gila. Benar kata beliau, siapa yang gila? Yang mencintai alam dan membersihkan lingkungan atau yang membuang sampah sembarangan? Selamat jalan Pak Husin, Anda patut mendapat tempat terbaik di sisiNya. 

Aziz dan program Indonesia Bersih dan Hijau dapat ditemui di Pondok Siti Hawa, Batu Layar. Juga melalui Facebook "Indonesia Bersih & Hijau" dan blog di http://indonesiabersihdanhijau.blogspot.com.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nothing is Impossible if You and Me Became Us

Babak perdelapan final Liga Champion 2016-2017 antara Paris Saint Germain vs Barcelona, pada pertandingan pertama dimana PSG jadi tuan ru...