Sabtu, 11 Agustus 2012 saya berkesempatan mengunjungi Rumah Cemara di Gerlong – Bandung dalam
pelaksanaan program kerjasama dengan Komunitas InstaSunda untuk kampanye bahaya
HIV/AIDS. Kampanye yang dilakukan adalah tentang bahaya Narkoba dan HIV/AIDS melalui
media social Instagram.
Rumah Cemara sendiri adalah suatu lembaga nirlaba yang didirikan oleh
orang-orang yang tadinya pecandu narkoba dan bahkan penderita HIV/AIDS. Sebagai mantan pecandu narkoba dan ODHA (Orang
Dengan HIV AIDS) mereka banyak menerima sanksi social dari masyarakat sekitar dan
bahkan dari keluarga dekat. Kondisi ini mendorong mereka untuk mendirikan Rumah
Cemara, rumah untuk mereka yang “tersisihkan” dari rumah. Dengan semangat
saling menolong sesama penderita dan semangat untuk menyelamatkan orang lain
dari ancaman Narkoba dan HIV/AIDS mereka tak pedulikan pendapat minor orang
lain.
Tak bisa dibedakan mana yang terkena HIV/AIDS dan yang tidak |
Tahun 2011, tim Rumah Cemara diundang oleh panitia “Homeless – World
Cup” di Perancis. Dengan semangat menggelora walau minim dukungan, mereka
berangkat ke Paris. Turnamen ini diikuti oleh 72 negara yg dikhususkan untuk
mereka yg “bermasalah dengan rumah”. Dan hasilnya, tim Rumah Cemara yg mewakili
Indonesia berhasil menduduki posisi ke-6, Best
New Comer dan Ginan Koesmayadi terpilih menjadi Best Player.
Ginan Koesmayadi : The Best Player di Homeless World Cup 2011 |
Ginan, sedang menceritakan tentang perjuangan dirinya |
Ginan Koesmayadi ini adalah adik kelas saya sewaktu kuliah di FISIP Unpad dulu. Ketika ketemu kembali di Rumah Cemara kami sempat pangling. Setelah ngobrol-ngobrol saya kemudian baru ingat tentang sosok yang dulu sering nongkrong di parkiran belakang kampus bersama anak-anak yang suka nge-drugs. Dia masuk kuliah tahun 1998 di FISIP Unpad. Tahun 2000 dia berhenti menggunakan narkoba setelah beberapa kali Over Dosis.
"Waktu itu di toilet gedung C saya terkapar gak sadarkan diri karena OD. Untung ada kang Bimbim (anaknya Bagir Manan) yang dobrak pintu toilet. kalo gak mungkin saya udah tewas waktu itu", Ginan bercerita lirih mengingat kejadian yang hampir menyelesaikan hidupnya
Sejak itu dia bertekad berhenti memakai dan ikut rehabilitasi. Lalu kemudian dia disarankan untuk cek medis. Ternyata setelah dicek, hasilnya dia dinyatakan positif mengidap virus HIV. Kaget dan terpukul dia. Masyarakat sekitar, teman-teman, saudara-saudara semua menjauh. "Kesepian adalah rumah saya, kang", kata Ginan. Namun dia tidak mau menyerah dan pasrah begitu saja dengan keadaan. Dia ingin berubah. Kenyataan terkena HIV adalah sebuah ujian. Bersama beberapa teman lain, Ginan lalu mendirikan Rumah Cemara untuk mereka yang senasib. semangat berbagi dan ingin berubah serta memberi arti dalam hidup menjadi bahan bakar yang terus menggerakan Ginan dan kawan-kawan.
Wall of Hope di Rumah Cemara. Penuh coretan pesan penggelora semangat |
Oktober 2012 mereka kembali diundang untuk
ikut turnamen Homeless World Cup 2012 di Meksiko. Saat ini mereka sedang melakukan penggalangan dana
untuk biaya keberangkatannya. ayo mari kita support dan dukung mereka. Info lengkap bisa dilihat di http://www.leagueofchange.org/donation/
Semoga mereka berhasil berangkat dan mengibarkan merah putih di belahan bumi sana. Membuktikan pada dunia bahwa anak-anak bangsa Indonesia adalah para pejuang yang tidak mau menyerah pada kondisi dan nasib begitu saja.
Semoga mereka berhasil berangkat dan mengibarkan merah putih di belahan bumi sana. Membuktikan pada dunia bahwa anak-anak bangsa Indonesia adalah para pejuang yang tidak mau menyerah pada kondisi dan nasib begitu saja.
Para penghuni Rumah Cemara. |
Saling menyemangati adalah tradisi di RC |
Video tentang Rumah Cemara bisa di lihat di SINI
gw suka ama rumah cemara dr kick andy, n gw jg bangga bgt punya mereka (dlm posisi gw jd anx bangsa)....
BalasHapusAku tau rumah cemara dari sosmed, ketika mereka menang World Cup. Mereka keren! :)
BalasHapusmereka pejuang kehidupan yg menolak menyerah pada nasib
Hapus