Kamis, 10 Januari 2013

Saniangbaka, Nagari Intel Pagaruyuang - 1 of 2

Hasil penelitian Antropologi Yanti Diyantini untuk Skripsi S1 di jurusan Antropologi Unpad.
Penelitian dilakukan bersama oleh Yudi F dan Yanti D pada tahun 2006
Bagian pertama dari beberapa bagian :)


Saniangbaka tampak dari Bukit Aie Angek

Secara adminisitratif Nagari Saniangbaka merupakan bagian dari Kecamatan X Koto Dibawah Singkarak, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Nagari ini berbatasan dengan daerah lain yaitu di sebelah Utara dengan Nagari Muaro Pingai; Sebelah Selatan dengan Nagari Koto Sani dan Sumani; Sebelah Barat dengan Lubuk Minturun – Kodya Padang, dan Sebelah Timur dengan Nagari Singkarak. Nagari yang mempunyai luas daerah 91,72 Km2 ini berada pada ketinggian 400 M di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun. Nagari ini terdiri atas 6 jorong, yaitu Jorong Aia Angek, Balai Batingkah, Balai Panjang, Balai Lalang, Balai Gadang dan Kapalo Labuah. 

Pemukiman di nagari dikelilingi oleh perbukitan, yang oleh masyarakat dinamakan hutan tunjuk, Danau Singkarak dan sebagian lainnya oleh area persawahan. Kontur tanah nagari yang beragam membuat nagari ini kaya akan sumber daya alam. Hutan tunjuknya, yang kebanyakannya adalah pusako, merupakan ladang subur yang menghasilkan hasil perkebunan seperti kopi, cengkeh, kayu jati dan sebagainya. Penduduk nagari juga seringkali mengumpulkan kayu bakar dari hutan ini. Selain menjadi daerah perladangan, salah satu bukit diantara perbukitan yang menjadi hutan tunjuk tersebut diduga mengandung batu bara. 

Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh dubalang[1] suku Balai Mansiang bahwa kemungkinan bukit tersebut mengandung batu bara sangat besar. Ini dibuktikan dengan dilakukannya penelitian tentang kandungan mineral dalam di dalamnya oleh pemerintah daerah. Kenyataan ini juga masuk akal karena kadang-kadang pada musim kemarau tiba bukit tersebut terbakar dengan sendirinya. 

Sementara itu Danau Singkarak mengandung kekayaan ikan khas yang jarang ditemui di daerah lain yaitu ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) dan rinuak (Rasbora argyrotaenia). Meski kedua jenis ikan ini juga terdapat di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, tetapi konon menurut beberapa nelayan di Saniangbaka dan Maninjau, kekhasan ikan dari masing-masing danau dapat dibedakan secara kasat mata baik dari ukuran tubuhnya maupun rasanya. Kelangkaannya membuat kedua jenis ikan ini menjadi ciri khas daerah yang selalu diburu pembeli. Keduanya tidak hanya dijual di dalam wilayah Sumatera Barat saja, tetapi juga di daerah lain di dalam dan luar negeri (Hartoto dan Iwakuma, 2002;


Area persawahannya yang cukup luas dan produktif menghasilkan beras yang hasilnya tidak hanya cukup untuk dikonsumsi masyarakat nagari tetapi juga dapat dijadikan sumber pendapatan masyarakat. Masyarakat sering menjual beras tersebut ke daerah di luar nagari seperti ke kota Solok, Padang, bahkan sampai ke pulau Jawa, karenanya Saniangbaka dikenal sebagai salah satu daerah penghasil beras Solok, yang konon merupakan beras termahal di Indonesia. 

Untuk menuju nagari ini cukup mudah, karena tersedia sarana dan prasarana perhubungan yang memadai. Jalan raya yang menghubungkan nagari ini dengan daerah luar sudah merupakan jalan aspal, sehingga dapat dilalui oleh kendaraan roda dua atau lebih. Adapun akses masuk nagari ini melalui Pasar Sumani di Nagari Sumani. Daerahnya sendiri berjarak 5 km dari kota kecamatan (X Koto Singkarak), 24 km dari pusat kota Solok, 50 km dari ibu kota kabupaten Solok, Arosuka, dan 87 km dari ibukota provinsi, Padang. (Database Kecamatan X Koto Singkarak Tahun 2006). Untuk mencapai nagari ini dari kota Padang tersedia angkutan umum berupa bis kota jurusan Padang - Kota Solok dengan tarif Rp.10.000,00 atau dapat juga menggunakan jasa travel dengan tarif Rp.20.000,00 dengan tujuan yang sama. Dari terminal kota Solok perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kendaraan jenis bis roda 4 jurusan Solok - Saniangbaka yang langsung mengantar hingga ke tujuan di nagari Saniangbaka. Karena angkutan umum yang langsung ke Saniangbaka jam beroperasinya terbatas maka jika hari mulai gelap, berkisar jam 18.30, dapat dipergunakan angkutan alternatif yaitu menggunakan Betor (Becak Motor) dengan tarif Rp.25.000.00.

Keadaan alam nagari dengan adanya danau Singkarak memberi nilai keindahan tersendiri, namun hingga kini pemanfaatannya di bidang pariwisata masih sedikit. Padahal akses menuju danau ini bisa dikatakan mudah yaitu tinggal mengikuti jalan nagari yang sudah diaspal hingga ke belakang pemukiman penduduk nagari. Sayangnya untuk menikmati keindahan ini kurang didukung oleh sarana prasarana penunjang, ini ditunjukkan dengan kurang tersedianya tempat khusus yang dibangun untuk menikmati pemandangan danau, dan hanya terdapat satu rumah makan milik perorangan yang beroperasi.

Meski demikian, bidang perikanan yang khas di danau ini telah menarik minat peneliti perikanan dari Universitas Andalas akan kelangkaan jenis ikan yang ada di sini. Di salah satu bukit juga terdapat sebuah daerah yang dapat dijadikan sebagai tempat bersejarah yaitu yang disebut oleh penduduk sebagai Gaduang Beo. Tempat ini pada jaman dulu merupakan kantor pusat pengawasan pelaksanaan kultur stelsel yang dilakukan Belanda di daerah tersebut. Hingga sekarang di sana masih berdiri bangunan lamanya meski sudah tanpa atap. Hanya saja sulitnya medan menuju ke sana, membuat tempat ini jarang dikunjungi. Untuk menuju lokasinya, kita harus melewati perbukitan dengan jalan terjal yang belum beraspal, melewati area peladangan penduduk. Adapun waktu tempuh yang dibutuhkan berkisar 1,5 jam perjalanan menggunakan sepeda motor yang biasa digunakan untuk off road atau kendaraan roda empat atau lebih yang menggunakan mesin 4WD yaitu kendaraan yang memiliki gardan ganda yang cocok untuk menempuh medan yang berat.

[1] orang yang bertugas mengawasi pelaksanaan aturan adat oleh seluruh anggota suku, termasuk penghulu. Ia juga menjadi pihak yang menjaga dan mempertahankan batas-batas kewilayahan baik wilayah suku lain maupun nagari secara keseluruhan.

Video Saniangbaka, Nagari Tapian Danau Singkarak

Video Perjalanan ke Aie Hilang - Saniangbaka

1 komentar:

Nothing is Impossible if You and Me Became Us

Babak perdelapan final Liga Champion 2016-2017 antara Paris Saint Germain vs Barcelona, pada pertandingan pertama dimana PSG jadi tuan ru...