Minggu, 07 September 2014

Ipaket, Nyepi ala Dayak Maanyan Warukin


Di keheningan malam itu Desa Warukin, Kec. Tanta, Kab. tabalong nampak tenang. Nyaris tidak terlihat aktivitas penduduk desa tempat bermukimnya masyarakat adat Dayak Maanyan tersebut. Di jalan utama desa hanya ada sesekali kendaraan yang melintas membelah kegelapan malam. Salah satunya adalah kendaraan mang Husin Nafarin yang ditumpangi oleh saya menuju kediaman pak Rudy Lucky, Ketua/Penghulu Adat Dayak Maanyan Warukin. Kami datang untuk menghadiri Upacara Ritual Adat Pagar Banua atau disebut Ipaket


Upacara Ipaket adalah ritual adat yang diselenggarakan oleh masyarakat adat Dayak Maanyan Warukin sebagai bentuk pengucapan syukur atas hasil bumi yang didapat dan permohonan perlindungan spiritual bagi masyarakat yang mendiami wilayah keadatan Dayak Maanyan Warukin dari segala marabahaya. Ipaket diadakan setiap tahun dan telah berlangsung sejak lama. Sejak masa nenek moyang Dayak Maanyan dulu. Pak Rudy Lucky selaku Penghulu Adat tidak mengetahui persisnya sejak kapan Ipaket diadakan. Namun yang pasti Ipaket diadakan secara turun temurun sampai detik ini.

Malam itu, Rabu, 20 Agustus 2014, adalah proses ritual mengantar persembahan ketempat pagar/paket di empat penjuru mata angin. Sekitar pukul 22.00 WITA kami tiba di rumah pak Rudy Lucky. Di dalam rumah nampak kesibukan menyiapkan persembahan. Beberapa tetua adat sedang menyusun persembahan yang berupa wadai, telur mata sapi, ayam panggang, dan lain-lain dalam beberapa wadah yang terbuat dari jalinan bamboo berbentuk segi empat.  Semua persembahan tersebut adalah hasil olahan masyarakat sendiri. Tidak boleh barang/makanan/wadai yang dibeli dari pasar. Sambil bersenda gurau dengan telaten satu persatu isi persembahan disusun sampai akhirnya empat wadah utama penuh terisi. Setelah semua nampan siap, semua yang berada di dalam rumah, termasuk yang di teras, disuguhkan wadai dan minuman. “Sebelum kita melaksanakan Ipaket, mari kita nikmati dulu hidangan ini….” kata pak Patra Mahu, Kepala Desa Warukin.
 persembahan dibacai mantra sebelum dibawa ke batas wilayah

persembahan dibawa keluar dan digantungkan pada sebatang bambu

Penghulu adat sedang membacakan doa pada persembahan

Selesai itu, semua wadah yang berisi persembahan dibawa ke teras rumah. Digantung pada sepotong bamboo. Sedangkan dibawahnya disusun persembahan lain. Lalu Penghulu Adat membacakan kisah tentang sejarah Dayak Maanyan dalam Bahasa Dayak. Semua masyarakat yang hadir pada saat itu menyimak dengan serius. Saya hanya bisa melihat namun tidak mengerti sekalimat pun apa yang diceritakan. Namun dari ekspresi para tokoh adat dan masyarakat yang mendengarkan nampaknya kisah sejarah tersebut adalah sesuatu yang penting bagi mereka. Dari kisah inilah pewarisan nilai-nilai budaya Dayak Maanyan dilakukan. Tidak banyak yang hafal dan bisa mengisahkan cerita sejarah Dayak Maanyan tersebut. “Hanya 4 orang saja yang bisa”, ujar pak Rudy Lucky. 
penghulu adat sedang mengisahkan sejarah dayak maanyan warukin

selesai mengisahkan sejarah dayak maanyan warukin, persembahan disiapkan untuk dibawa ke empat penjuru mata angin

Jam sudah menunjukan pukul 23.40 WITA. Tiba saatnya untuk mengantarkan persembahan ke wilayah keaadatan Dayak Maanyan Warukin di empat penjuru mata angin. Satu per satu persembahan dimasukan ke kendaraan yang dibagi dalam empat rombongan. Maisng-masing rombongan dipimpin oleh seorang pemuka adat. Saya berdua mang Husin mengikuti rombongan Penghulu Adat menuju batas desa Warukin – desa Barimbun. 

Tepat jam 24.00 WITA, kami tiba di batas Desa Warukin – Desa Barimbun. Persembahan diturunkan dan disusun untuk segera diadakan ritual yg akan dipimpin oleh pak Rudy Lucky. Persembahan dengan wadah dari rajutan bamboo berukuran paling besar digantung pada sebuah tiang. Lalu pak Rudy Lucky membacakan semacam doa atau mantra. Saya sempat ditegur karena menginjakkan kaki melewati batas desa. Menurut mereka, tidak boleh menginjakkan kaki di luar wilayah keadaatan sebelum ritual selesai dilakukan. Pak Rudy Lucky selesai mendoakan/memantrai persembahan lalu melangkah melewati batas desa seorang diri. Dia Nampak sedang melakukan komunikasi dengan alam sekitar. Tidak lama kemudian dia kembali ke batas desa untuk melanjutkan doanya sekaligus menutup ritual malam itu. Kemudian ritual ditutup dengan makan bersama wadai yang mengiringi persembahan. 

menyiapkan ritual di batas wilayah keadatan dayak maanyan warukin

Interaksi antar kosmologi dimulai dengan membacakan doa pada persembahan di batas wilayah

penghulu adat melakukan komunikasi dengan alam di batas wilayah keadatan



selesai ritual, makanan yang ada dalam persembahan dinikmati bersama-sama
Sebelum pulang kami diberikan segenggam beras oleh pak Patra Mahu yang katanya akan mengundang rejeki jika dimasukkan ke dompet. Sebelumnya pak Rudy Lucky juga memberikan benda yang terbuat dari jalinan daun kelapa pada sebuah ranting pohon. “pasang ini di kantor, kalo bisa di gerbang. Ini untuk menjaga dari marabahaya”, jelas pak Rudy Lucky.


Rangkaian ritual Ipaket dilanjutkan pada Kamis, 21 Agustus 2014, yaitu pelaksanaan “Tampadi Pisan” atau seperti pelaksanaan Nyepi di masyarakat Hindu Bali. Semua kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, terutama masuk hutan, menggali tanah, membabat/menebang pohon atau membunuh hewan sangat dilarang dilakukan. Pelanggaran paling berat adalah perbuatan yang mengeluarkan darah, seperti memotong hewan atau pembunuhan. Ada sanksi adat berlaku untuk semua pelanggaran tersebut. Semua masyarakat tidak terkecuali kelompok atau badan hukum/usaha yang berada di wilayah keadaatan Dayak Maanyan Warukin harus mematuhi aturan Tampadi Pisan


Oleh-oleh dari Ipaket







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nothing is Impossible if You and Me Became Us

Babak perdelapan final Liga Champion 2016-2017 antara Paris Saint Germain vs Barcelona, pada pertandingan pertama dimana PSG jadi tuan ru...